Kamis, 31 Maret 2011

31-03-2011

Aku dilahirkan di sebuah kampung kecil, yang terletak di pelosok desa, jauh dari kota. Mayoritas penduduk di kampung kami adalah petani. Sawah masih terbentang luas di sekitar rumah-rumah penduduk. Udara masih terasa alami segar, dengan pemandangan yang menyejukkan mata.

Teringat masa kecilku, selalu bermain bersama teman-teman dengan gembira. Bermain air di tepi sungai yang jernih dan penuh ikan. Selalu mengantar bekal makan siang untuk orang tua yang tengah bekerja di sawah. Semua sangat menyenangkan bagiku.

Hingga suatu saat ketika usiaku telah mencapai 18 tahun, seorang pemuda melamarku dan menikahiku. Aku merasa sangat bahagia, terlebih kami dikaruniai seorang anak, hasil dari pernikahan kami. Hidupku serasa sangat sempurna kala itu.

Suatu ketika, seperti biasa, aku menitipkan anak kami yang baru berusia 5 bulan kepada ibu mertua, karena aku harus mengantarkan bekal makan siang untuk suamiku yang tengah bekerja di sawah. Dengan berjalan kaki dan perasaan senang, ku mengantarkannya ke sawah yang tak jauh dari rumah kami.

Dari tepi sawah, terlihat suamiku yang sedang beristirahat. Dengan wajah berpeluh sambil tersenyum senang dia melihatku yang sedang berjalan menghampirinya. Tiba-tiba, kurasakan kaki kiriku terpeleset, dan aku terjatuh ke dalam sawah. Aku tak sadarkan diri.

Yang ku ingat kemudian, aku tersadar telah terbaring di atas tempat tidurku dan dikelilingi orang tuaku, mertuaku, dan beberapa tetangga dekat. Sejak saat itu, aku hanya bisa berbaring di atas tempat tidur untuk memulihkan tubuh. Sesekali ku telan beberapa kapsul obat yang telah diberikan oleh dokter. Hal ini kulakukan hingga beberapa hari.

Suatu pagi, sinar matahari tampak cerah, udara terasa menyegarkan badan. Terbaring di sebelahku, anakku yang lucu dengan wajah cerianya dan senyumnya yang lucu. Meski hanya bisa berbaring, ku hibur dia dengan canda-canda kecil, dan dia pun tersenyum lucu. Hingga suamiku masuk ke dalam kamar mengantarkan segelas teh hangat untukku.

Kemudian suamiku ikut serta bercanda bersama kami. Saat itu, aku merasa senang sekali, tubuhku terasa ringan serasa hendak melayang. Tanpa sengaja ku tolehkan kepalaku ke kanan alihkan pandangan mataku ke arah jendela. Ku lihat ada sebuah taman kecil yang indah sekali. Tak ku sangka, kalau di sebelah jendela kamar tempat aku tidur selama ini ada sebuah taman kecil yang indah penuh bunga.

Hatiku merasa sangat senang dengan adanya taman kecil itu. Tanpa ku sadari aku sudah bisa terbangun dan berdiri menghadap taman kecil itu. Lalu ku hampiri taman itu, ku hirup wanginya bunga-bunga yang tertata rapi di taman itu. Indahnya taman ini, mungkin suamiku yang telah sengaja membuatkanku taman ini untuk menghiburku.

Sesaat kemudian, ku palingkan kembali badanku ke tempat tidurku, hendak ku ungkapkan rasa terima kasihku kepada suamiku. Tapi, … aku melihat tubuhku sendiri sedang terbaring dengan mata tertutup dan tersenyum, sudah tidak lagi bernapas. Ku lihat juga suamiku sedang menangis di samping jasadku. Mertuaku menggendong buah hatiku, kedua orang tuaku, mereka berdiri sedang bersedih memandangi jasadku.

Ternyata, aku sudah tidak lagi berhak untuk berada di dunia ini. Di taman ini lah aku sekarang tinggal. Ku tinggalkan suamiku, anakku, keluargaku, dan kampung halamanku untuk selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar