Di sinilah aku sekarang. Di tempat yang gelap, tempat yang luas, tanpa batas. Aku berjalan sendiri menyusurinya tempat ini tanpa tahu kemana tujuanku, tak tahu pula di mana perjalananku ini akan berakhir.Kenapa aku di sini? Bagaimana aku bisa berada di sini? Sejak kapan aku di tempat gelap ini? Kenapa tak ada secercah cahaya yang ku temui? Kemana semua orang? Dan... kenapa kedua kakiku berjalan terus, tak bisa ku hentikan?
Tempat ini sangat dingin, sunyi, hening, sepi... Tubuhku menggigil kedinginan, serasa ada jarum-jarum es yang bertubi-tubi menembus kulitku. Akh... sakit... air mataku menetes karena rasa sakit ini.
Lama sekali aku meratapi keadaanku sekarang ini. Kenapa aku tiba-tiba berada di sini? Perlahan kemudian aku teringat beberapa kejadian yang sebelumnya. Teringat masa-masa kanak-kanakku ketika ibuku memanjakanku. Teringat masa remajaku yang begitu brutal, nakal, dan liar. Ketika sudah berusia 17 tahun, aku semakin tidak terkendali, seolah-olah aku lah orang terkuat di dunia ini. Mabuk dan minuman keras serta narkoba tak pernah lepas dari kebiasaanku sehari-hari. Dan...
Dan... kemudian aku teringat, waktu itu aku tengah berada di antara teman-temanku dalam pesta miras. Alkohol..., spiritus..., sabu-sabu..., serbuk daun ganja kering..., dan beberapa minuman keras lainnya. Semuanya masuk ke dalam tubuhku malam itu juga secara bergantian.
Malam itu sedang hujan deras, cuaca terasa sangat dingin. Tapi, waktu itu aku hanya merasakan panas di sekujur tubuhku. Panas seperti terbakar api. Entah kemudian apa yang terjadi pada diriku. Yang ku ingat kemudian, aku berdiri sambil memandang jasadku yang tergeletak di kamar salah satu rumah sakit. Beberapa anggota keluargaku tampak sedih melihat jasadku. Mereka tidak tahu kalau aku berada di situ kala itu. Mereka tidak mendengar suaraku meski aku telah berusaha memanggil nama-nama mereka. Ternyata aku sudah mati. Aku mati...?!!
Aku mati...
Mati?!! Ternyata aku sudah mati. Sekarang mungkin aku sedang dalam perjalanan menuju ke alam kubur. Alam kubur yang sangat gelap dan dingin, yang sesuai dan pantas dengan perbuatanku semasa hidupku. Aku sudah tidak bisa kembali lagi. Kepada siapa aku sekarang meminta pertolongan?!! Sudah terlambat...
Ku lanjutkan perjalananku ini dengan menyesali keadaanku sekarang ini. Kedua kakiku terasa sangat lelah, tapi tak bisa ku hentikan. Mereka berjalan dengan sendirinya, tak mau lagi menuruti kehendakku. Memang sudah sepantasnya aku begini. Mengantarkan aku ke tempat seperti apa nantinya yang akan aku tempati selanjutnya... Pasti tempat yang lebih menyedihkan dari tempat ini.
Tiba-tiba kedua kakiku berhenti. Aku ketakukan, sebentar lagi pasti ada dua malaikat yang datang untuk menanyaiku. Ku coba ucapkan nama Tuhanku, tetapi terasa berat mulutku untuk membuka. Ku coba lagi dan lagi dan lagi... tapi tetap saja mulutku tertutup rapat.
Sekerlip bola cahaya kecil terlihat dari atas. Cahaya itu turun dan semakin mendekatiku, yang akhirnya jatuh di atas kedua telapak tanganku yang tengah mengadah. Cahaya itu memang bulat sebesar kelereng. Sinarnya tidak begitu terang, tapi terasa hangat. Kehangatan cahaya itu seperti memberi isyarat kepada benakku, bahwa dia adalah doa dari ibuku.
Sekejap kemudian terlihat dua sosok manusia berbadan besar sedang berada di kejauhan di depanku, sedang menungguku. Mungkin memang sudah saatnya kisah perjalananku berakhir di sini.